
instrumen diciptakan secara bertahap dan sangat
dimungkinkan juga muncul secara terpisah dari sisi waktu, lokasi dan fungsinya
dalam kehidupan masyarakat Jawa pada masa lampau. Beberapa peninggalan sejarah
berbentuk relief pada candi batu, yaitu Candi Dieng dan Candi Sari yang berasal
dari abad VIII, memberikan informasi mengenai beberapa alat musik yang
diprediksi sebagai embrio dari beberapa instrument musik yang terdapat pada
gamelan saat ini, misalnya: genta,siter dan kecer (Soetrisno,1981). Sejarah
gamelan pada masa Hindu Jawa tersebut (abad VIII hingga abad XI) hanya
memberikan sedikit keterangan secara visual dan tidak dapat memberikan
keterangan yang akurat, demikian juga pada aktivitasnya (Sumarsam,1995). Sama
halnya dengan relief yang terdapat pada candi Prambanan, candi Pawon, candi
Mendut, dan candi Borobudur (Palgunadi,2002).
Kurun waktu berikutnya
tercipta beberapa instrument music dengan bentuk dan namanya yang sangat
beragam, sebagai salah satu contoh adalah instrument kendang. Beberapa nama
yang didapatkan dari artefak sejarah yang diketemukan memberikan informasi
bahwa instrumen kendang mempunyai beberapa istilah yang berbeda untuk
menyebutkannya, yaitu: padahi, pataha,
padaha, muraba, murawa, muraja, dan
mredangga. Kreativitas masyarakat Jawa pada masa lampau berkembang seiring
dengan perjalanan waktu hingga pada akhirnya terbentuklah seperangkat instrumen
music Jawa secara lengkap yang disebut gamelan (keterangan lebih lanjut baca:
Soetrisno,1981). Lebih spesifik disebut gamelan gedhe atau jangkep, yaitu
seperangkat gamelan lengkap yang biasa dimiliki masyarakat secara umum
(Palgunadi, 2002).
Mitos yang berkembang
di Jawa pada masa lampau memberikan informasi bahwa gamelan merupakan hasil
karya para dewa (baca: Prajapangrawit,1940 dan Lindsay,1979). Terkait dengan
mitos tersebut, masyarakat Jawa (khususnya) pada saat ini mempunyai pendapat
yang pada akhirnya menumbuhkan dua kemungkinan berbeda atas kemunculan cerita
tersebut. Pertama, dimungkinkan bahwa sejarah perkembangan instrumen gamelan
sangat jarang atau pada masa tersebut belum diketemukan bukti-bukti sejarah
yang mampu memberikan informasi yang detail dan akurat mengenai perkembangan
gamelan. Kedua, kemungkinan dimunculkan dalam kehidupan masyarakat untuk menumbuhkan
rasa hormat dan penghargaan pada nilai-nilai yang terkandung pada gamelan.
Ada beberapa alasan
yang cukup kuat terkait dengan tumbuhnya mitos tersebut. Pertama, bahwa gamelan
merupakan bagian penting dalam kehidupan ritual/keagamaan, sehingga masyarakat
sangat perlu untuk menghormati nilai kesakralannya, misalnya gamelan sekaten
dan gamelan pakurmatan (monggang, kodhok
ngorek dan carabalen). Kedua,
proses pembuatannya yang sangat rumit dan memerlukan pengetahuan luas mengenai
bahan dan teknologi yang dipergunakan, sehingga tidak setiap orang mampu
melakukannya. Ketiga, mahalnya material yang dipergunakan pada gamelan
diperoleh dengan proses panjang dengan pendekatan secara preskriptif, yaitu
serangkaian proses kegiatan teknologi yang terdiri dari beberapa unit yang
terpisah dan dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda (Haryono, 2001).
Sejarah perkembangan
alat music gamelan telah diteliti oleh Soetrisno, seorang arkeolog yang
mempunyai perhatian besar pada sejarah perkembangan gamelan Jawa. Hasil
penelitian berdasarkan peninggalan arkeologis kemudian disajikan secara
terperinci dalam bukunya yang berjudul ‘Sejarah Karawitan’ diterbitkan oleh
Akademi Seni Tari Indonesia tahun 1981. Informasi mengenai perkembangan gamelan
dimulai dari kemunculan alat music yang masih sangat sederhana, baik yang
berdiri sendiri sebagai salah satu kelengkapan dalam upacara adat/ritual atau
dalam sebuah kelompok dalam jumlah yang kecil. Proses perkembangan dalam
rentang waktu hingga ratusan tahun membuahkan kreativitas untuk menggabungkan
satu persatu dari alat music yang ada menjadi kelompok yang lebih besar. Tahapan
tertentu pada perkembanganya menghasilkan seprangkat alat music dengan
keragaman bentuk, ukuran, laras , teknik memainkan, dan estetika penyajianya
yang semakin baik. Kemudian disebut dengan istilah yang sangat dikenal
masyarakat dunia pada saat ini, yaitu ‘gamelan’. (posting by Gillys
F. Yohanawati Sutedja)